Minggu, 05 September 2010

MERAJUT KEMBALI NILAI-NILAI GMKI

By: Mekar Sinurat

Sejakkemerdekaan Indonesia banyak tantangan yang dihadapai bangsa ini dalammenjalankan fungsinya untuk mengayomi rakyat, memberikan perlindungan,mencerdaskan kehidupan bangsa dan hal-lain seperti yang tercantum dalamPembukaan UUD 1945 sebagai tujuan Negara. Hal ini menunjukkan bahwakemerdekaan bukanlah akhir dari perjuangan, tetapi lebih kepada suatulangkah awal untuk menata Negara ini secara demokratis meneruskan aksidari para The Founding Fathers. Segenaplapisan/komponen bangsa ini harus turut serta berpartisipasi danberkontribusi untuk berpikir, bersikap dan bertindak dalam rangkamembangun bangsa ini sehingga lebih baik dalam segala aspek dan mampuberjalan sejajar/beriringan dengan bangsa lain yang pada akhirnya nantikita harus optimis bahwa kita bisa menjadi yang terdepan.

GerakanMahasiswa Kristen Indonesia (GMKI) sebagai salah satu bagian dariintegral bangsa ini sudah selayaknya membuka mata dan menunjukkankepeduliannya terhadap segala polemik bangsa yang ada. Jika kitamelihat historis sepak terjang GMKI tentunya kita akan merasakan halyang berbeda antara masa lalu dan GMKI masa kini. Kita akan melihatbahwa ada degradasi nilai-nilai luhur dalam pelayananGMKI. Dalam tesisnya Bapak TB Simatupang disebutkan kita harus menjiwaiIman Kristen sekaligus nasionalis. Pada titik inilah eksistensiKekristenan di Indonesia sangat ditentukan dan diperhitungkan. Kitasepatutnya bangga kepada beliau Bapak TB Simatupang sebagai seorangKristen dengan teori Revolusi dan Bapak Johanes Leimena dengan teologiKewarganegaraan yang Bertanggung Jawab. Bapak TB Simatupang lahirmewakili dua zaman sekaligus yaitu zaman Soekarno yang berorientasikepada revolusi dan zaman Soeharto yang berorientasi kepadapembangunan. Sekarang situasinya adalah gema reformasi menggaung dantelah berdegung sejak 1998 silam, apakah GMKI tidak bisa hadir dengansambutan reformasi? Apakah GMKI tidak bisa membawa Indonesia ke arahyang lebih progresif? GMKI harus sadar bahwa tugasnya adalah untukmenghadirkan Shalom Allah di muka bumi ini. GMKI harus bisa memberikanpelayanan nyata kepada masyarakat, peka terhadap persoalan-persoalanpolitik, social, ekonomi dan budaya sehingga bisa memberikan solusiterhadap segala persoalan yang timbul.

GMKIsebagai lembaga pelayanan yang mempunyai nilai Kekristenan harus bisahadir dengan semangat Nasionalis karena ketika para the foundingfathers mendirikan Negara Indonesia semangatnya adalah kita semua harusmendukung. Semua buat semua. Bukan Kristen buat Indonesia, bukangolongan Islam buat Indonesia ataupun golongan lain. Tetapi Indonesiabuat Indonesia, semua buat semua.

Dalamkonteks seperti itu GMKI perlu menyadari panggilannya dimana Kristusmengutus mereka sebagai perkakasnya melanjutkan pekerjaanNya di bumiIndonesia dan sebagai agen Kerajaan Allah yang ditempatkan Kristusuntuk berjuang dan bergumul dengan masyarakat lainnya dalam membangunbangsa. Dari beberapa sumber informasi yang saya peroleh bahwapemilihan fungsionaris GMKI telah menjadi sumber masalah yangmenghambat proses perkembangan organisasi. Adanyakepentingan-kepentingan tertentu dalam setiap pelaksanaan kongres telahbertentangan dengan maksud dan tujuan berdirinya GMKI. Para pengurusGMKI terpilih berdasarkan kemampuan merekayasa pemilih tanpamemperhatikan nilai-nilai demokratisasi. Sehingga ketika para pengurustersebut menjalankan tugasnya tidak bisa secara baik. Halitu menjadi penyebab minimnya peran serta para kader GMKI dalammembangun dan memajukan bangsa ini. GMKI perlu melakukan program yangberorientasi hasil pada loyalitas kader dan peningkatan kemampuananggota. Jumlah mahasiswa yang berhimpun dalam GMKI ini cukup banyak.Akan tetapi, masih ada kekurangan dari sisi loyalitas dan kemampuan.Jadi GMKI ke depan perlu mengoptimalkan aset-aset yang ada. Kemampuanyang perlu lebih dikembangkan lagi anggota tidak hanya akademik. Kalaukemampuan akademik, anggota-anggota GMKI cukup bisa dibanggakan. Akantetapi, tidak hanya terbatas kemampuan akademik. Mahasiswa sebagai kaumintelektual perlu mengaplikasikan ilmu akademik dalam masyarakat. Bilakita melihat data keanggotaan GMKI dalam skala nasional jumlahnyahampir ribuan. Namun para kadernya tidak ada yang menampakkan diri ditingkat nasional belakangan ini. Seharusnya menjadi tanggung jawab kitauntuk menggantikan senior-senior kita yang sudah tua. Banyak mahasiswayang masuk GMKI karena melihat ataupun mendengar senior GMKI banyakyang sukses dan menjadi tokoh di Republik ini tanpa menyadari bagaimanapara senior-senior tersebut berproses dan berdinamika untuk menjadi "orang". Sehingga mereka kadang memberikan pujian pada senior tanpa mengikuti langkah sukses mereka. Tujuankita dalam ber-GMKI akan membuat kita lebih berkomitmen dan bersemangatdalam setiap kegiatan yang bernafaskan GMKI. Sebagai kader kita harusmampu menunjukkan bahwa kita dapat berbuat lebih dari yang lain. Kitaharus sukses dalam kuliah dan sukses dalam berorganisasi. Tapikenyataan yang timbul adalah mahasiswa GMKI terlalu sibuk berorganisasisehingga lupa akan tujuan awalnya untuk kuliah. GMKI telah menghambatproses kuliah dan bahkan bagi sebagian orang bisa menghancurkan masadepannya. Itulah tantangan mahasiswa GMKI ke depan bisa merubah faktatersebut menjadi suatu asset dan modal yang besar untuk menjadi leadherdalam salah satu komunitas di Republik ini. GMKI harus bisa merubahcitra public yang telah menganggap GMKI sebagaiorganisasi yang cenderung eksklusif serta tidak berpihak kepadakepentingan rakyat banyak. GMKI harus mampu meneguhkan kembali posisidan perannya di tengah-tengah kehidupan kaum muda sebagai kekuatansocial dan sumber perubahan (agent of change) denganmenjawab masalah-masalah yang kini mendera rakyat seperti kemiskinan,kelaparan, rendahnya pendidikan, pengangguran, dan lain sebagainya.Kemampuan kader GMKI jangan hanya sampai tataran pandai dalamberetorika tetapi buntu dalam tindakan. Kemampuan tersebut harus meratadalam semua bidang karena keseimbangan adalah hal yang indah dalamhidup. Dalam diri seorang kader GMKI tidak ada kata terlambat untukbelajar. Tetapi jangan sampai kehilangan jati diri yang terbalut dalamkemunafikan.

GMKIdiperhadapkan pada suatu tantangan yang bersifat dinamis dan dituntutuntuk selalu eksis dalam mengimpresi serta mengekspresikan segalafenomena yang terjadi di lingkungannya. Dan sebagai organisasikemahasiswaan yang berwarna kekristenan, kemahasiswaan dankeIndonesiaan, GMKI melalui kader kadernya dituntut untuk selalumemberi garam, terang dan ragi dunia. Dalam suatu tulisan saya pernahbaca bahwa GMKI harus menjadi suatu pusat, sekolah latihan(leerschool) daripada orang-orang yang mau bertanggungjawab atas segalasesuatu yang mengenai kepentingan dan kebaikan dari negara dan bangsa.Sehingga melalui itu, GMKI mampu berdiri ditengah-tengah dua proklamasi: Proklamasi kemerdekaan nasional dan proklamasi Tuhan Yesus Kristusdengan Injil kehidupan, kematian dan kebangkitan.

Sepertiseorang bintang sepakbola dunia pernah berkata "Saya sangat senang jikabisa berada di klub ini, karena saya akan berkumpul denganbintang-bintang sepakbola yang terkenal lainnya. Dengan demikianpermainan saya akan lebih baik, karena dipacu oleh persaingan yangsangat ketat". Ini merupakan gambaran yang baik bagi kita anak-anakGMKI agar dapat memacu hidup lebih baik dan berkembang. Artinya bahwakita harus bangga sebagai anak GMKI yang merupakan komunitasintelektual muda yang tergabung dari beberapa diversifikasi perguruantinggi. Kita tidak memungkiri bahwa GMKI berpolitik dan bahkan dalampergerakannya mangarah pada politis, namun dalam AD/ART pasal 5disebutkan bahwa GMKI bukanlah organisasi politik sebagaimana persepsimasyarakat selama ini terhadap GMKI sendiri. Dalam pergerakannya memangGMKI cenderung bersentuhan dengan "politik" dan memangkita tidak bisa terlepas dari system politik itu sendiri. Persoalannyasekarang adalah bagaimana kita mengaplikasikan politik itu dalamkehidupan sehari-hari karena politik itu bukan sesuatu yang kotor danNazis untuk menyentuhnya. Justru kita sebagai anak GMKI harus terjunterlibat dalam percaturan politik sepanjang kita masih tetap berjalandalam koridor Nilai-nilai Kekristenan. Hal yang perlu kita benahiadalah pemahaman kita terhadap politik itu sehingga kita bisamenggunakan politik itu secara benar dan nyata dalam politik praktissehingga tanggapan dan pandangan-pandangan aneh masyarakat bisa kitakikis hingga menjadi pandangan positif yang berakar kuat dalammasyarakat. Selama ini GMKI terlalu sibuk dengan masalah-masalahkeorganisasian atau internal sehingga terhadap masalah dan isu-isufactual tidak segera tanggap dan bahkan tidak sanggup memberi responapapun.

Sebagaiorganisasi kader GMKI harus bisa melahirkan dan menyiapkan kader-kaderyang benar-benar unggul dalam segala bidang kepemimpinan. Sehinggadalam Open Reqruitment atau Maper menjadi hal yang sangat perlu untukditinjau kembali system yang selama ini dipraktekkan. Apakah GMKI lebihmemilih kuantitas dan menghiraukan kualitas, atau kita lebihmengutamakan kualitas daripada kuantitas atau justru kita menjunjungkedua-duanya kuantitas yang dibarengi kualitas? Mungkin dengan segerakita akan menjawab bahwa GMKI mengutamakan kualitas dan kuantitas,tanpa menyadari apa sebenarnya yang terjadi dalam pola pembinaan kaderGMKI selama ini. Hal nyata yang bisa saya lihat sebagai realitas GMKIadalah GMKI sudah kekurangan atau bahkan kehilangan nilai jualorganisasi. Sehingga dalam praktek open reqruitment keanggotaanmahasiswa ada hal-hal atau nilai lebih yang kita jual kepada calonanggota baru padahal kenyataannya nilai dan sifat itu sudah tidakdimilki GMKI lagi sekarang. Sehingga terkadang kita juga memberipemaparan tentang cerita sukses para senior GMKI yang telah berkiprahdalam kancah nasional maupun regional dimana kita juga tidak sadarapakah idealism yang dulu dipegang teguh saat mahasiswa masih tetapmelekat atau tidak lagi (jatuh dalam budaya KKN). Anehnya lagi walaupunkita sudah lelah dengan mengorbankan tenaga, waktu dan biaya lebihuntuk mempresentasikan atau menjual GMKI ini bagi mereka calon anggotaternyata tetap saja sedikit yang mendaftar dan ikut maper. Menjadimenarik untuk diteliti apakah cara kita dalam membungkus konsep GMKIyang kurang menarik atau apakah para kawula muda yang sudah tidaktertarik lagi dengan dunia organisasi. Hal ini menjadi tantangan yangserius bagi para kader GMKI.

Ketikaada anggota baru masuk GMKI dan mau terlibat dalam pelayanan maka kitaharus siap mendidik mereka dalam pola atau konsep pendidikan kader(PDSPK) agar mereka mampu menerjemahkannya dalam ketiga medanpelayanannya. Sudah saatnya kita merubah kebiasaan lama yang membiarkananggota baru tanpa ada perhatian bagi mereka, pemahaman-pemahamanorganisasi serta usaha-usaha dalam peningkatan intelektual, keimanan,dan ilmu lainnya merupakan konsepan yang harus kita budayakan dalamberGMKI. Pembenahan dan kemandirian GMKI tidak terlepas dari ide-idekreatif setiap komunitas cabang, bagaimana setiap cabang mampu mengaturdan memanage setiap potensi dan sumber daya yang ada untuk kebutuhancabang. Sehingga untuk setiap kegiatan kita tidak selalu "mengemis"pada senior atau bahkan memangkas program-program menjadi seminimalmungkin karena keterbatasan jumlah dana. GMKI Cabang Bandung sendirimempunyai asset yang luar biasa yang tidak dimiliki oleh beberapacabang yang lain. Selain tempatnya strategis tetapi juga mempunyaisecretariat sendiri. Tapi itu menjadi biasa atau bahkan buruk ketikapara kader-kader yang duduk dalam struktur kepengurusan berdiam diritanpa memberdayakan asset potensial itu. Hal-hal seperti ini yangseharusnya kita jeli melihatnya. Lebih baik kita biarkan daripadamerusaknya.

Melaluitema "Bangkitlah dan menjadi Taruk Bagi Bangsa (Yesaya 11:1-10), dengansub Tema: Meningkatkan Integritas dan Loyalitas Kader dalam MewujudkanTri Panji serta Visi-Misi GMKI, memiliki tujuan/sasaran yaitu agar parapeserta dapat memahami pentingnya kepedulian terhadap lingkungansekitar, serta mampu bersikap yang tepat terhadap perubahan tersebutdengan tetap bersandar pada Alkitab , maka para kader harus memilikipemahaman**:

1.Bahwa untuk menjadi taruk (stem, batang muda) yang bertumbuh danberbuah bagi pribadi, keluarga, gereja, kampus, lingkungan dan bangsa,kader GMKI sudah seharusnya memiliki spiritualitas yang senantiasadibaharui oleh Roh Kudus, serta senantiasa memperjuangkan track-recordkehidupan yang jelas dan baik, sebagaimana hidup Kristus yang telahdinubuatkan oleh Nabi Yesaya.

2.Integritas, kejujuran, iman, kesetiaan dan cara pandang yang utuh,beserta nilai-nilai keutamaan lainnya yang dikandung pada perikopYesaya 11: 1-11 menjadi nilai-nilai pokok Kekristenan sebagai fondamenutama kader GMKI dalam mengupayakan serta merevitalisasi perannyasesuai konteks tantangan dan peluang kehidupan masa sekarang dan kedepan.

3.Untuk dapat bangkit menjadi taruk bagi bangsa, tentu setiap kader GMKImelalui proses. Yang memungkinkan kader GMKI mampu mengelola perubahanyang sedemikian cepat pada masa sekarang di segala lini. Sehinggasemakin dimampukan Tuhan menjadi alatNya menghadirkan perdamaian,keadilan (justice), kesejahteraan dan keutuhan ciptaan sebagaimanadigambarkan bagian akhir perikop nats. Aplikasinya mulai dari domainterkecil di lingkungan pribadi keluarga, gereja dan kampus, hinggadomain yang lebih luas di tengah masyarakat bangsa, duniasosial-politik dan percaturan global.

4.Komitmen untuk taat dan setia pada kebenaran firman Tuhan sangatdiperlukan dalam menjalani proses pembinaan dari Allah, dimana Allahdapat memakai media apa saja untuk membina dan mengkader/memuridkananak-anakNya. Paradigma, mindset, pengetahuan, skills, moral danperilaku kita akan semakin ditambahkan dari sehari ke sehari, termasuklewat dinamika yang berkembang saat terlibat dalam organisasi GMKIberikut berbagai interaksi dengan komunitas lingkungan lainnya.

5.Dengan demikian, harapannya setiap kita memiliki sikap proaktif,solidaritas terhadap kondisi yang tidak sesuai dengan kondisi yangseharusnya. Tentu saja sikap tersebut harus dilandaskan pada firmanTuhan seperti teladan tokoh Yesaya dan Yehuda yang tetap bersandarkepada Tuhan dalam berbagai krisis yang dihadapi saat itu. Sikapmenjaga kesatuan dan keutuhan, sesuai motto GMKI sejak awal "Ut OmnesUnum Sint" masih sangat relevan dipelihara dan dipertahankan, apalagidalam konteks pergumulan dan krisis bangsa yang tidak mudah untukdilalui pada masa-masa sekarang.

Memenuhipernyataan awal, organisasi ideal ialah jika ia menjadi dirinya, makamemaknai GMKI yang ideal berarti melakukan refleksi atas sejarahkediriannya. GMKI menjadilah pelopor..., GMKI menjadilah suatu pusat sekolah latihan (Leerschool)...,GMKI menjadilah gemainschaft..., inilah prinsip dasar membangun GMKI yang ideal itu, yakni GMKI மேஞ்சடில்

4 komentar:

PInk Rose & Glory

PInk Rose & Glory

Pink Rose & HardWork

Pink Rose & HardWork