Selasa, 02 November 2010

Apakah laut itu sebenarnya pemisah atau sebaliknya

Dalam pemikiran yang lugas, kita mengartikan laut itu pemisah, dimana kita tidak bisa melewatinya secara bebas. Laut itu memisahkan- misahkan Indonesia hingga lebih dari 17 ribu bagian yang kita sebut itu pulau. Tak banyak orang berpikir bahwa laut itu sebagai pemersatu bangsa Indonesia dari Sabang hingga Merauke. Begitulah akhirnya masyarakat Indonesia itu merasa hidup sendiri dan menggolong-golongkan diri.Sebenarnya kita harus sadar dengan apa yang terjadi sekitar 67 tahun yang lalu, sebelum Indonesia merdeka, begitu gampangnya masyarakat Indonesia diperbudak, diadu domba dikarenakan, hidup Indonesia mengolong-golongkan diri, memiliki tujuan masing-masing dan hanya mementingkan diri sendiri dan golongan. Akankah ada Negara Kesatuan Republik Indonesia tanpa di satukan oleh laut?

Masa itu kembali lagi, penjajah itu bukan lagi yang kita kenal penjajah, tapi kelompok itu menjadi penjajah bagi kelompok lain. Kelompok-kelompok yang dinyatakan memiliki dasar yang kokok bagi pemiliknya. Saling menyatakan kebaikan dengan merusak kenyamanan kelompok -kelompok yang lain. Menyatakan agama sebagai dasar pemikiran untuk berbuat, membuat masyarakat linglung dan tak berarah? Adakah itu masih kebaikan? Apakah agama itu untuk dipamer, adakah agama itu untuk dipajang di KTP, adakah agama itu menyatakan kita harus mati memperjuangkannya?

Tuhan tidak pernah menyatakan dan tidak pernah menetapkan ada 5 (lima) agama di Indonesia, Islam, Protestan, Katolik, Budha, Hindu. Tapi siapa yang membuat itu jadi kelompok yang sangat sensitif? Nama Agama itu menjadi Identitas yang sangat diperjuangkan dan penuh dengan kesalahpahaman.Siapa pernah bilang, " Agama yang dianutnya salah"? dia selalu menyebutnya benar, walaupun sebenarnya tidak mengerti agama yang dianutnya itu, dan selalu berusaha menyelamatkan identitas. Apakah agama itu hanya sebatas Identitas?.Dalam pengertian A-Gama yang artinya tidak kacau balau. Apa yang kita rasakan? agama itu membuat kita tidak nyaman lagi, dan berlawanan dengan makna agama itu sendiri.

"Tuhan itu baik pada semua orang", tidak semua bisa menerima itu karena telah menyatakan kelompoknya lah yang paling benar. Masyarakat Indonesia dengan bangga menyatakan bangga berbhineka, bangga berwarna, bangga memiliki banyak kebudayaan, tapi semuanya hanya dengan bualan, tanpa kita memeliharanya dengan baik.

NKRI mulai diragukan dan dipertanyakan, alternatif mulai muncul untuk mencari kenyamanan. Apakah NKRI bisa dipertahankan atau memisahkan diri dan bergabung dengan negara terdekat karena merasa yakin disana lebih baik. Mereka merasa bodoh untuk tetap berdiri di NKRI karena merasa tidak diperhatikan?

Tanah air ku tidak kulupakan
Kan terkenang selama hidupku
Biarpun saya pergi jauh
Tidakkan hilang dari kalbu
Tanah ku yang kucintai
Engkau kuhargai

Walaupun banyak negeri kujalani
yang mahsyur permai di kata orang
Tetapi kampung dan rumahku
Disanalah ku rasa senang
Tanah ku tak kulupakan
Engkau kubanggakan

Tanah air ku tidak kulupakan
Kan terkenang selama hidupku
Biarpun saya pergi jauh
Tidakkan hilang dari kalbu
Tanah ku yang kucintai
Engkau kuhargai

Kembali syair lagu itu berkumandang, menyibak sejarah perjuangan mempertahankan NKRI. Perjuangan yang mulia hingga menghadiahkan Indonesia tercinta ini bagi kita satu Bangsa ,satu Tanah Air, Satu Bahasa yaitu Bahasa Indonesia. Kita hanya mempertahankan kemenangan mereka, dan itulah menjadi kebanggaan dan kemakmuran kita bersama.

Asa Itu Masih Ada,
Kalimat itu memberi harapan yang kuat untuk NKRI, menggugah ratusan orang yang berkumpul itu, membulatkan sisa harapan, mengumpulkan sisa tawa, hingga tawa itu menggema dan menyuarakan, mereka masih berjuang untuk INDONESIA BERSATU.















Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PInk Rose & Glory

PInk Rose & Glory

Pink Rose & HardWork

Pink Rose & HardWork