Selasa, 02 November 2010

Gara-Gara TOKEK

Pagi begitu sejuk, kami masuk dengan sedikit berlari memasuki mobil. Perjalanan yang begitu menyenangkan menuju TMII. Mataku nanar memandangi pepohonan dan rumput yang hijau dipinggir jalan, tak kuduga sampai aku melihat seekor tokek kecil dibawah pagar yang dililiti bunga-bunga liar.

Tokek itu kupandangi dan mengingatkanku tentang tokek sekitar setahun lalu. Saat itu aku mau berangkat kerja. Saat mau berangkat, sisir dirumah kami hilang semua, gak nampak, pikiranku gak mungkin kerja tanpa sisiran. Aku pergi kerumah temanku, yang kebetulan dialah temanku yang paling dekat. Saat aku tiba, kulihat dia lari-lari dan sambil teriak-teriak, mereka bilang ada buaya kecil dirumah mereka. Aku penasaran, koq bisa ada buaya kecil dirumah itu, tapi memang rumah itu sudah terbilang tua. Mereka bilang ada dibalik pintu dapur. Dengan pelan-pelan pintu itu kubuka, aku lihat seekor tokek, sebesar bunglon. Aku akhirnya teriak, itu "tokek".Aku ambil sapu, kami berhasil menangkap tokek itu dengan tak sesusah yang kupikirkan. Biasanya sebangsa itu, lumayan susah ditangkap. Kami memasukkan ke plastik.

Aku bilang sama mereka, "ini tokek mahal, di tempat kerjaku, ada kemarin yang bilang ini obat HIV/AID dan bisa dijual" aku menjelaskan sama mereka, bahwa aku pernah dengar teman sekerjaku membicarakan tentang tokek yang bisa dijual sekitar 25.000.000, jika dia berat 2,5 ons, tapi yang kami dapat itu sekitar 1 ons saja.

Akhirnya mereka setuju jika tokek itu kubawa ke tempat kerja dan kugantungkan di stang motorku . Aku sangat hati-hati menjaga tokek itu, dan sedikit kusembunyikan karna aku malu jika aku ketahuan seorang cewek bawa tokek. Diperjalanan hujan sangat deras, dan harus singgah untuk berteduh. Kutinggalkan motorku, aku berlari ke sebuah bengkel yang sudah di penuhi lebih lima puluhan cowok yang sudah lebih dulu berteduh. Dan tidak ada satu orang pun cewek. Aku tetap harus berteduh disitu, karena tidak ada tempat lagi.

Saat aku berteduh, aku ingat tokek masih menggantung di stang motor itu. Dengan cepat aku berlari keluar dari bengkel itu dan mengambil tokek itu. Aku malu kalau orang sempat tahu aku bawa tokek, karena bayang tokek itu nampak dari luar dan kumasukkan dalam tas.

Tiba di tempat kerja aku dengan senang hati menunjukkan tokek itu kepada semua orang yang dikantor itu. Mereka heran, koq bisa aku menangkap tokek? Bosku bilang kalau itu belum bisa dijual, dan harus dipelihara dulu sampai dia seberat 2,5 ons. Akhirnya tokek itu diambil orang storeman kami, dia bilang dia bisa pelihara karena dia punya satu ekor dirumah.

Sekembali dari tempat kerja aku pergi kerumah temanku itu lagi dan masalah tokek tidak kupikirkan lagi. Tapi setiba disana, mereka menanyakan " gimana tokeknya, lakunya? tanya kawan temanku itu namanya samaran saja LS. Aku bilang sudah kukasih sama temanku kerjaku. Dia bilang" kamu kasih gitu saja, kamu nggak minta uang? tanya lagi. Aku ceritakan bahwa bahwa itu masih kecil dan belum laku dijual.Tapi dia ngotot, dalam pikiranya, kalo 2,5 ons dapat dijual sekitar 25 juta, pasti yang satu ons sudah terjual sekitar 10 sampai 15 juta.

Dan saat itu aku tidak kepikiran sampai disana. Saat itu LS masih pengaguran dan sangat kekurangan uang. Aku sedikit jengkel dengan pertanyaan dia. Dia biang bahwa dia sudah menanyakan sama orang bahwa tokek itu bisa laku sampai 15 sampai 10 juta, sampai-sampai katanya orang itu minta tokek tersebut. Aku bilang gak mungkin lagi, aku sudah kasih sama dia, aku nggak mungkin minta kembali. Tapi dia ngotot harus diminta balik dan kalau tidak kita minta uang dari storeman itu" katanya.Aku akhirnya bilang itu besok saja, aku minta di tempat kerja.

Setiba ditempat kerja, aku temui langsung storeman itu, aku menceritakan hal tersebut. Dia bilang tokek itu mati, karena kelupaan mengambil dari jok motor, sudah semalaman tokek itu didalam. Tapi dalam pikiranku itu mungkin tidak mati, tapi dia sudah pelihara, karena pertama kutanya, dia bilang masih hidup, dan ketika kumenceritakan tentang LS, dia bilang tokek itu masih tertinggal di jok dan mati. Pikiranku tak membahas, " ya sudalah.

Dua hari kemudian, LS meng SMS aku, dia menanyakan kembali uang itu dan bilang kalau dia tidak ada uang karena pengangguran. Sampai-sampai dia menghubungi aku dari wartel untuk menyakan uang tokek tersebut, dan akhirnya menuduhku makan uang itu sendiri dan membohonginya.Dalam pikiranya uang 10 juta ada samaku dan dia minta dibagi. Dia terlalu yakin karena dia mendengar dari orang bahwa itu mahal sekali.

Aku semakin gondok dan marah, aku tak sabaran akhirnya dia kumaki lewat SMS, dan dia membalas dengan makian juga. Dan juga teman baikku itu juga bilang kalau tokek itu aku jual. Oh, akhirnya aku menjelaskan sama dia, apa mungkin aku membohonginya, dan dia sedikit mengerti. Sampai sekarang LS masih menganggapku menipunya dengan masalah tokek itu, benar-benar menjengkelkan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PInk Rose & Glory

PInk Rose & Glory

Pink Rose & HardWork

Pink Rose & HardWork