Rabu, 29 September 2010

Rumah Kayuku

Seketika pikiranku tiba tiba tertawa, tersenyum,berbunga, akhirnya kudapatkan redup perlahan. Apakah aku salah melangkah, jawaban selalu asing dikerumun itu. Mereka tidak tau ada kata yang tak bisa terucap. Tiada yang lebih bahagia jika kata itu terucap, tapi sungguh bukan ditempat itu.

Arti yang belum dapat kusimpulkan, mungkin sudah kutemukan, tapi hilang jika lintasan mu menerpaku, aku mugkin hanya bisa bertahan berdiri kebingungan.

Hari-hari ku hilang kendali, tertawa, merengut, pikiranku kian lama tak ku mengerti. Semuanya tak berjalan seperti yang kuduga."Bisa tidak kau angin mengerti aku, ", aku menghardiknya. Berhenti bertiup melambaikan rambutku, bisakah kau lihat badanku kaku, jika kau membuatku seperti pepohonan, bisa tumbang tapi kau tertawa?"

Aku bukan marah angin kau datang, tapi aku kecewa, rumah kayu yang kususun sudah kembali merata ditanah. Itu bukan permainanmu, bertebaran, tak lagi saling menopang. Biar kususun pun kembali, aku takut, karna kau masih disini, sering bermain main dengan mereka yang kuat dengan terpaan.

Kau tak perduli isakku, rumahku kau buat tertawaan pada mereka yang masih bisa tertawa dengan mu, tapi aku bukan orang yang mudah kau asingkan, aku akan bangun lagi dibawah pohon rindang itu, hawanya tambah sejuk, bila lapar, kucari buah yang ranum, bila haus ku tunggu air turun di titisan atap.

Tapi bisakah kamu berjanji, tidak menggangguku lagi, aku juga ingin tertawa sepertimu, tapi tidak akan membuat semut kecil pun terluka. Kau angin sepoi ku, kan kiringi dengan denting lagu di telingamu, biar tak ada lagi terluka dengan terpaanmu yang kau anggap lucu itu.

Rumah kayuku itu sudah kubangun kembali, mungkin kamu pun menginginkanya, bertiuplah sepoi, menyapu daun yang ingin berhenti bergantung, daun itu akan menambah hangatnya malamku dalam tidur pulasku. Jangan meragukanku, bangun tidurku kau akan ku jawab, pagi ini begitu sejuk di kulitku dan aroma hangat di hidungku, hanya kuingin kau jadi sahabat terbaikku untuk selamanya dan tak akan kuingkar sampai rumah tua itu pun kau ratakan kembali, angin tetap jadi sahabat terbaikku.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PInk Rose & Glory

PInk Rose & Glory

Pink Rose & HardWork

Pink Rose & HardWork